Tuesday, March 28, 2017

Kisah Rantai Gajah


Pernah melihat gajah kan ya? Hampir semua orang tahu yang namanya gajah. Badannya besar, telinganya lebar dan belalainya panjang, itu ilustrasi yang sering diajarkan bu guru TK kepada murid-muridnya. Inilah yang sering kita dengar cara mendeskripsikan gajah secara sederhana.

Namun dibalik badannya yang besar itulah kita dapat mengambil hikmah yang tersembunyi.
Kalau kita amati gajah yang ada di kebun binatang, pada salah satu kakinya dirantai dan diikatkan pada patok atau balok kayu. Tetapi ada yang aneh dari pemandangan ini. Balok kayu atau patok tempat gajah ini dirantai ternyata besarnya tidak sebesar badan gajah. Mungkin hanya setinggi lutut gajah. Namun mengapa gajah yang badannys berlipat lebih besar dari balok itu tidak bisa melepaskan kakinya yang dirantai. Belum lagi dengan tenaganya yang kuat, mengapa dia tidak bisa mengangkat balok itu dan berlepas diri darinya.

Inilah kisahnya...
Alkisah, dulu waktu gajah itu masih kecil alias masih anak-anak, sang pawang gajah sengaja merantai salah satu kakinya. Salah satu tujuannya agar gajah itu tidak kemana-mana sehingga mudah merawatnya. Nah pada saat itulah si gajah kecil berusaha untuk melepaskan rantainya. Namun karena pada waktu itu perbandingan besar balok dengan tubuhnya masih kurang seimbang maka si gajah gagal melepaskan kakinya dari rantainya. Baloknya lebih besar dan lebih kuat tertancap di tanah.  Berkali-kali dicobanya, namun tetap saja tidak bisa.

Kegagalan inilah yang membuat gajah meyakini bahwa balok dan rantai di kakinya itu sangat kuat. Dia tidak akan pernah mampu untuk melepaskan diri darinya. Keyakinan ini akhirnya terbawa hingga dia tumbuh dewasa. Si gajah akan pasrah dan tidak pernah mencoba lagi untuk melepaskan diri dari rantai di kakinya. Meskipun gajah dewasa kini badannya lebih besar dan tenaganya lebih kuat, namun karena keyakinan "tidak bisa" nya yang tertanam sejak kecil, dia pun tak pernah berusaha untuk berlepas diri dari rantai itu.

Sama halnya pada kita sebagai pebisnis. Ketika kita sudah mempunyai keyakinan kita tidak bisa merubah nasib, maka selamanya kita tidak akan berubah. Dulu kita begini-begini saja, kita sudah usaha ini itu, belajar ini itu tapi semuanya tetap sama, tidak ada perubahan. Akhirnya ketika sekarang sudah banyak sarana dan fasilitas digital yang memudahkan kita untuk belajar ilmu sukses berbisnis kita sudah apatis duluan. Ah paling gitu lagi gitu lagi.

Keadaan diri seperti inilah yang harus kita ubah. Ada 2 cara yang bisa kita lakukan untuk menuju perubahan yang lebih baik, yaitu mengubah fisiologi atau aktifitas tubuh kita dan mengubah fokus atau mindset kita.

Yang pertama mengubah perilaku atau kebiasaan atau aktifitas diri. Mengubah aktifitas diri yang tadinya menunda-nunda jadi bersegera, mengubah dari yang tadinya berbisnis tak terarah menjadi lebih tersistem atau teratur, mengubah kebiasaan bangun tidur lebih awal, mencatat orderan yang masuk denga rapi, mencatat keuangan lebih rapi dan lain sebagainya.

Yang kedua adalah mengubah mindset atau fokus. Kita harus mengubah pola pikir apatis menjadi optimis, dari keluh kesah menjadi penuh syukur, menjadi lebih gigih, berpikiran positif, dan lain sebagainya.

Perubahan ini tidak mutlak berurutan, bahkan bisa juga bersamaan. Selama keinginan kita kuat, yakin kita bisa, actionkan dengan usaha yang keras, cerdas dan berkualitas, Insyaallah kesuksesan itu tidak mustahil kita capai. Kita bisa!!

Jadi, jangan sampai kita seperti gajah yang pasrah dengan keadaan, padahal sebenarnya dia mampu dan kuat melepaskan diri dari ketidakberdayaan itu.

Nb: 
Kisah ini sudah banyak beredar di dunia tulis menulis, terutama yg bergelut di bidang hypnotherapi dan NLP. Saya menuliskan kembali dan meramu keduanya menjadi bacaan yg smg memberi manfaat bagi diri saya sendiri dan teman-teman 

#YeyenRobiah
#SalamPerubahan

No comments:

Post a Comment