Menjadi seorang srikandi Indonesia yang sukses di dunia fashion
internasional adalah hal yang luar biasa. Inilah yang dialami seorang ibu dari
Yogyakarta. Siapakah sosok srikandi itu?
Pada tahun 1989 setelah lulus dari UGM, ibu Delia Murwihartini
menekuni dunia merajut dan menjahit. Beliau sangat gigih dalam menekuni dunia
tas rajut dari nol. Beliau mulai membuat sendiri beberapa tas rajut yang
kemudian dijajakan door to door dan sebagian beliau titipkan di meja-meja front
office di penginapan turis asing di kampung turis di Prowirotaman Yogyakarta.
Meskipun beliau adalah seorang sarjana komunikasi UGM tetapi tak
terdetikpun untuk menggunakan ijazah S1 nya untuk melamar pekerjaan. Dengan
penuh keyakinan, beliau mulai serius dengan tas rajutnya dan membidik target
buyer para wisatawan mancanegara.
Berbekal ketrampilan dan didukung kecerdasannya membidik pasar,
ibu Delia akhirnya memulai kisah suksesnya dengan mendapatkan orderan tas rajut
pertamanya dari wisatawan Swedia.
Dengan keyakinannya akan sukses, beliau akhirnya menerima
pesanan itu meskipun sangat minim modal. Saat itu beliau mengajukan pinjaman
modal ke bank, tetapi tidak mendapatkan persetujuan. Dengan memutar otak,
akhirnya beliau memberanikan diri merangkul beberapa pemasok benang dan perajin
tas rajut untuk menyelesaikan pesanan pertamanya dalam jangka waktu sebulan.
Akhirnya pesanan pertamanya senilai US$ 6000 itu sukses
diselesaikan. Inilah awal kesuksesan tas rajut hasil karya beliau merambah
fashion dunia.
Setelah sukses di orderan pertamanya, ibu Delia segera mengambil
peluang pasar luar negeri lebih serius. Beliau mendatangi Departemen
Perdagangan untuk mengantongi beberapa perusahaan fashion yang membutuhkan tas
dan juga jadwal pameran di luar negeri. Mulai saat itulah ibu Delia rutin
mengunjungi Itali, Paris, Amerika untuk mengupgrade model tas yang terkini.
Jadi jangan kaget kalau Tas Rajut beliau dengan brand The Sak, Gellarouse,
Russel, Brownly, Missoni dan Massini bertengger apik di negara fashion seperti
Itali, Amerika, Eropa dan Australia sebagai merk tas rajut yang ternama.
Lalu apakah kesuksesan tas rajut ibu Delia ini berjalan mulus?
Setelah melalui awal kesuksesan pertamanya menembus pasar luar
negeri, ibu Delia pendiri dan pemilik Tas Rajut brand The Sak dan Dowa, tidak
lekas merasa cukup. Langkah selanjutnya adalah terus menggali peluang pasar
dunia lebih luas. Salah satu langkah yang ditempuhnya adalah dengan menjalin
kerjasama dengan Departemen Perdagangan dan relasi bisnis di luar negeri.
Ibu Delia sering ikut berbagai pameran di luar negeri. Dengan
bekal beberapa koper tas rajutnya, beliau mampu mengantungi ratusan daftar
pesanan Tas Rajut yang siap dikerjakan.
Namun kesuksesan itu bukan berarti tidak ada batu dan kerikil.
Ibu Delia sempat mengalami kelimbungan di tahun 2000.
Tahun 2000 saat brand The Sak nya sedang naik daun di Amerika,
datang produk Cina yang menjiplak mentah-mentah koleksi tas rajutnya dengan
brand yang sama. Sudah pasti dari segi harga jauh lebih murah dari brand The
Sak yang asli.
Hal ini tidak membuat ibu Delia terpuruk lama dalam kekecewaan.
Beliau sengaja tidak begitu memperbesar masalah itu. Malah beliau bisa
mengambil hikmahnya.
Akhirnya beliau segera bangkit dan meluncur terbang ke pabrik
produksi tas rajut tiruannya di Cina. Disana beliau mempelajari sistem kerja
karyawan dan sistem produksi massal. Kedua ilmu ini dia dapatkan setelah
berkunjung ke Cina sebanyak dua kali.
Ilmu dari hasil kunjungannya ini beliau terapkan pada sistem
kerja dan sistem produksi pabrik tasnya di jl. Parangtritis Yogyakarta. Dengan
menerapkan ilmu yang beliau peroleh itu, beliau mampu meningkatkan efektifitas
kerja pabriknya sehingga bisa melebihi pabrik tas tiruannya di Cina, dengan
harga kompetitif dan kualitas yang tetap terjamin.
Selain masalah produknya yang dijiplak mentah-mentah dan
besar-besaran itu, beliau juga pernah mengalami kekecewaan karena dikhianati
salah seorang sahabat dekatnya. Namun masalah yang datang bertubi-tubi ini
tidak bersarang lama, beliau punya prinsip, masalah itu untuk diambil hikmahnya
dan diselesaikan. Kuncinya adalah solusi, solusi dan solusi.
Akhirnya, dari perjalanan beliau di tahun 1989 hingga sekarang,
sudah banyak perjuangan dan kegigihan yang beliau contohkan. Hingga saat ini
beliau yang menempati rumah mewah nan asri di Yogyakarta juga memiliki
kemewahan prinsip dan sikap dalam menjalani hidup. Bagi beliau hidup itu ada
dengan berbagai permasalahannya, bukan untuk dihindari dan diratapi.
Hidup itu ada untuk menyelesaikan masalah. Dan setiap masalah
itu pasti ada penyelesaiannya. Percayalah Allah akan membantu hambaNya yang
selalu berusaha dan tidak putus asa. Menjadi orang pintar saja tidak cukup,
tetapi kita harus menjadi orang baik.
Sumber: dari berbagai referensi
#YeyenRobiah
No comments:
Post a Comment