Judulnya terdengar agak aneh ya, seperti ga ada hubungannya sama sekali
dengan ilmu perbisnisan, apalagi ilmu marketing. Tapi jangan salah dulu, kita
akan segera tahu tentang teori "Fight or Flight" ini sebentar lagi.
Pernah ga Anda masuk ke sebuah toko, misal toko baju. Nah ketika Anda masuk,
sambil melihat-lihat model dan warna warni bajunya, tiba-tiba ada seorang mba
SPG mendekati. Mba SPG nya ini terus saja mengikuti Anda. Meski mba SPG nya
selalu tersenyum, pasti Anda merasa tidak nyaman. Betul?
Nah kira-kira kelanjutan bagaimana?
Kebanyakan dari kita pasti akan memilih keluar dari toko tersebut dan
mencari toko baju lainnya.
Ilustrasi diatas menggambarkan sebuah mekanisme otak "reptile"
manusia. Yup, bagian otak yang paling cepat merespon suatu keadaan yang
dianggap mengancam atau membahayakan dirinya.
Menurut konsep Triune Brain, otak manusia itu dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu: reptilia brain, emosional brain dan cognitive brain.
Pada kesempatan ini kita akan membahas tentang reptilia brain terlebih
dahulu.
Mendengar kata reptilia kita pasti langsung teringat hewan reptil semisal
ular, cicak dan sebangsanya. Hewan reptile ini terkenal dengan gerakannya yang
cepat dan tanggap dalam merespon sesuatu yang datang menghampirinya.
Misalnya saja ular.
Ketika ular itu terusik maka dengan sigap dia akan segera mematuk si peganggunya. Tak jarang dia juga segera mengeluarkan bisa racunnya.
Namun ada juga jenis reptil lain, misal cicak, jika kita ganggu dia akan
kabur menjauh. Kalau memang mendesak sekali dia akan melindungi dirinya dengan
autotomi,yaitu memutuskan ekornya.
Inilah beberapa contoh gambaran konsep reptilia pada otak manusia.
Inilah beberapa contoh gambaran konsep reptilia pada otak manusia.
Proses ini juga terjadi pada ilustrasi pertama, yaitu mba SPG yang selalu
mengikuti pelanggannya. Calon pembeli yang sedang asik memilih-milih barang,
lalu ketika ada kondisi yang "membahayakan" atau mem uatnya tidak
nyaman, maka otak reptilia nya bekerja. Dia merasa terusik sehingga otaknya
memerintahkannya untuk menghindar " kabur" dari jangkauan model penjual
seperti ini.
Contoh lainnya adalah ketika kita bertemu seorang agen asuransi. Dia
berusaha memprospek Anda dengan mengutarakan banyak hal mulai dari A sampai Z.
Penjelasannya begitu bertubi-tubi.
Tindakannya ini tentu saja membuat kita juga tidak nyaman karena kita
seakan-akan diceramahi dan begitu bodoh.
Nah pada kasus ini, otak reptilia kita juga segera bertindak. Dia akan memerintahkan untuk "melawan" apa yang sudah disampaikan sang agen. Melawan dalam hal ini bukan secara fisik tetapi lebih ke pertentangan batin.
"Ah, bohong tuh"
" Ah, mulai deh dia membual", dan lain sebagainya.
Akhirnya ajakan si agen itu sudah pasti tertolak oleh calon prospeknya.
Dari kedua kasus itu kita sudah dapat gambaran seperti apa otak reptil
manusia itu bekerja. Maka sudah dipastikan proses penjualan yang dilakukan oleh
mba SPG dan si agen asuransi itu tidak akan menghasilkan clossing bahkan akan
menjadi sebuah trauma yang tersimpan dalam memorinya.
Bahkan ada penelitian mengatakan :
* 85% keputusan membeli dilakukan di level unconscious (pikiran bawah sadar), menurut Havard Businessman Profesor
* 90% persepsi kita diatur oleh memori dan pemaknaan, perasaan serta pikiran yang semua saling terkait. --Atul Gawande, Surgeon
* 85% keputusan membeli dilakukan di level unconscious (pikiran bawah sadar), menurut Havard Businessman Profesor
* 90% persepsi kita diatur oleh memori dan pemaknaan, perasaan serta pikiran yang semua saling terkait. --Atul Gawande, Surgeon
Persepsi yang sudah ada dalam memori ini kadang menciptakan pemahaman
sesuatu itu secara generalisasi ( dimana setiap kejadian disama ratakan).
Artinya kita menyamaratakan kalau semua agen asuransi itu hanya membual atau
toko yang SPG nya selalu mengikuti kita itu tidak nyaman kita masuki.
Jadi kesimpulannya adalah jika kita berprofesi sebagai penjual, marketer,
penyampai iklan dan sejenisnya, berhati-hatilah saat pertama kali mendekati
calon customer.
Bicaralah sewajarnya, pahami karakternya, bicarakan ya yang mereka sukai dan
buatlah mereka nyaman berkomunikasi dengan kita. Jangan sampai otak reptilia ya
bekerja. Hindari kesan berjualan secara vulgar dan memaksa karena pada dasarnya
mereka itu suka membeli (-belanja) tetapi tidak suka dijuali.
Nah disinilah ilmu hypnowriting berperan penting pada "kemanjuran"
iklan kita.
*Yeyen Robiah
#ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia
setuju kak, aisyah juga tidak suka kalau diikuti oleh spg atau pelayan, rasanya tidak nyaman..
ReplyDelete