Para emak mungkin sudah tahu tentang tumis daun
pepaya yang enak itu. Ternyata ada sebagian emak yang tidak suka dengan tumis
daun pepaya karena dia tahunya daun pepaya itu pahit dan getir. Tetapi
sebaliknya, ada emak yang sangat suka dengan tumis daun pepaya itu karena
ternyata enak dan tidak ada rasa pahit sedikitpun. Dia menikmati tumis daun
pepaya itu dengan campuran teri medan dan irisan cabe rawit. Rasa
pedas, asin dan gurih berkolaborasi sehingga menghasilkan kelezatan yang
sempurna. Apalagi dimakan waktu siang hari yang panas dengan nasi yang masih
hangat dan ditemani tempe mendoan setengah matang. Masyaallah, mertua lewat gak
bakal nyadar deh saking nikmatnya. Hehe..
Itulah yang dirasakan oleh para emak penggemar
tumis daun pepaya. Daun pepaya yang masih muda, hijau dan empuk itu ternyata
memiliki rasa yang nampol jika sudah diolah menjadi masakan sederhana ini.
Tetapi bagi para emak yang belum pernah makan tumis daun pepaya dan tidak tahu
cara mengolahnya dengan benar, maka akan sedikit takut untuk sekedar
mencicipinya. Mereka beranggapan tumis daun pepaya ini rasanya pahit. Hal ini
tidak salah juga. Memang pada dasarnya daun pepaya itu rasanya pahit dan
getir.
Sebagaimana kita ketahui daun pepaya ini banyak
digunakan sebagai lalapan ataupun sebagai pelancar asi. Biasanya pengolahannya
sangat sederhana yaitu cukup direbus saja. Bagi para penggemarnya, pahitnya
daun pepaya ini menjadi rasa yang sensasional yang sangat dia nikmati. Tapi
bagi emak yang memang tidak suka dengan rasa pahitnya, dia akan
menghindarinya. Nah ada emak lain yang memang tidak suka rasa pahitnya tetapi
bisa merasakan nikmatnya daun pepaya ini. Ternyata dia tahu ilmu tentang
bagaimana memasak daun pepaya tanpa rasa pahit.
Ada beberapa emak yang enggan mencicipin daun
papaya karena pernah merasakan pahitnya ketika disajikan sebagai pelancar ASI
waktu dia baru belajar menyusui. Daun pepaya itu dicuci bersih, direbus lalu
diperas daunnya hingga menghasilkan air perasan dan siap diminum. Air perasan
itulah yang ia rasakan pahit dan bikin gatir dilidah. Walaupun sebenarnya
setelah rutin beberapa hari minum air perasan daun pepaya ini ASInya akan
melimpah, namun dia memilih berhenti meminumnya dengan alasan pahit dan getir.
Nah mungkin dari sinilah daun pepaya dikenal sebagai daun yang pahit. Sehingga
banyak kalangan ibu-ibu muda tidak menyukainya.
Memang faktanya daun pepaya itu pahit dan getir.
Tetapi ternyata sekarang sudah banyak para emak menkonsumsi daun pepaya sebagai
pelengkap menu keluarga. Mereka tidak takut lagi dengan rasa pahit dan
getirnya. Setelah ditelisik lagi ternyata daun pepaya itu kini rasanya sudah
tidak pahit lagi. Tak ada sedikitpun rasa pahit menempel di daun itu. Yang ada
sekarang adalah daun itu terasa lezat, dan makanpun jadi lahap.
Ternyata eh ternyata, rasa pahit dan getir daun
pepaya itu bisa dihilangkan. Para emak sekarang telah menemukan formula untuk
meracik daun pepaya itu dengan benar. Ada beberapa cara digunakan agar daun
pepaya itu tidak pahit lagi, diantaranya adalah dengan pemberian garam atau
pemberian tanah liat khusus pada saat merebusnya. Kedua metode inilah yang
diyakini dapat mengubah rasa daun pepaya menjadi lebih enak untuk dinikmati.
Nah mak, dari ilustrasi diatas, kita dapat
mengambil pelajaran yang sangat berharga. Ternyata ketika kita mendapatkan
sesuatu yang pahit dan getir dalam hidup ini, kalau kita tahu cara mengolahnya,
maka sesuatu itu akan terasa nikmat. Cobalah kita ambil contoh, ketika kita
sedang ditimpa masalah, kita diberi sakit oleh Allah. Maka bagi emak yang tidak
bisa mengolah rasa sakit itu, kesakitan itu adalah sakit yang luar biasa.
Hari-harinya ia lalui dengan keluh kesah, bersedih dan mungkin sumpah serapah.
Dia tidak menerima dengan keadaan sakit itu. Dia merasa dirinya adalah orang
yang sangat menderita. Dia merasa Allah tidak adil padanya. Bukankah selama ini
dia sudah cukup beribadah. Tapi mengapa Allah masih menimpakan kepada rasa
sakit ini. Akhirnya dengan rasa sakit ini dia tidak bisa bekerja, tidak bisa
berprestasi dan yang lebih menyedihkan lagi dia tidak bisa makan dengan puas
dan depresi. Semuanya tampak sangat tidak mengenakkan. Badan lemah, hati
resah, uangpun habis-habisan karena berobat sana berobat sini. Berharap dokter
A bisa segera menyembuhkan, lalu pindah ke dokter B yang ia rasa lebih cepat
lagi menyembuhkan dan begitu terus. Akhirnya dia semakin down dan drop dengan
keadaan ini.
Berbeda halnya ketika seorang emak yang sangat
cerdas dalam melihat dan menghadapi suatu masalah dengan kacamata yang berbeda.
Ketika dia mengalami hal yang sama dengan emak pertama tadi, yaitu diberi rasa
sakit, dia bisa menikmati rasa sakit itu. Dia melihat rasa sakit yang
dideritanya itu sebagai sarana untuk mendekatkan diri pada Allah. Selain itu,
dengan sakitnya dia merasa diberi waktu untuk mengistirahatkan raganya yang
lemah. Dia memberikan hak tubuhnya untuk sejenak berhenti dari aktifitas harian
yang melelahkan. Selain itu, dengan sakit yang dideritanya itu dia bisa melihat
betapa banyak orang yang mengasihinya. Suaminya lebih peduli dan mau membantu
menyelesaikan urusan rumah tangga, anak-anaknya saling bahu membahu melayani
emaknya dan ikut menyelesaikan pekerjaan rumah dan teman-temannyapun banyak
yang mendoakan atas kesembuhannya. Tindakan-tindakan seperti inilah yang selama
ini jarang ia temui ketika sehat. Semua pekerjaan rumah hampir ia
kerjakan sendiri, anak-anak dan teman-teman jarang menanyakan kabarnya karena
kesibukannya masing-masing. Tapi ketika emak itu jatuh sakit, semua perhatian
dan kasih sayang itu kembali tertuju padanya. Akhirnya dia pun bersyukur,
dengan diberinya ujian sakit ini, dia jadi bisa beristirahat, dia jadi bisa
tahu betapa orang-orang terdekatnya sangat mencintainya dan terlebih dari itu,
dengan emak itu sakit anggota keluarga lainnya bisa saling kerjasama untuk
menyelesaikan pekerjaaan rumah.
Nah itulah sepenggal ilustrasi yang dapat
menggambarkan bahwa keadaan orang itu tergantung pada cara mengolahnya.
Seorang emak yang cerdas akan menghadapi setiap ujian hidupnya dengan cara yang
cerdas pula. Dia bisa mengubah pahitnya ujian itu menjadi sesuatu yang manis
dengan mengubah cara berfikir. Dia tidak mengeluh, dia tidak putus asa dan dia
tidak menganggap ujian itu untuk dimaki dan disesali. Dia mempunyai positive
thinking dengan segala ujian hidup yang ia alami. Dia bisa berdamai dengan
dirinya. Dan dengan kekuatan positive thinking inilah dia akhirnya bisa keluar
dari ujian ini, bangkit dan mulai bergerak membenahi diri. Jika ujian itu
berupa sakit, maka dia akan terus berusaha mengobati rasa sakitnya itu ke
dokter, bersabar, minum obat teratur, istirahat yang cukup dan yang terpenting
dia selalu bahagia. Dia melihat keadaan orang-orang di bawahnya yang lebih
berat rasa sakitnya, ternyata dia masih lebih beruntung. Apabila ujiannya
itu berupa kegagalan dalam berbisnis, dia pun tidak putus asa. Dia mulai
mencari akar permasalahan kegagalan itu. Belajar mencari tahu, bertanya dan
berusaha bangkit dari kegagalan. Berbagai training dia ikuti untuk mencari ilmu
bagaimana mengelola suatu bisnis dengan baik dan benar. Diharapkan usaha
evaluasi diri ini nanti bisa sebagai jalan perbaikan dan senjata untuk bangkit
lagi. Dan tidak menutup kemungkinan usaha kedepannya nanti lebih berhasil
karena dia sudah tahu ilmunya untuk mengantisipasi kegagalan itu.
Inilah gambaran tentang penting mengolah rasa dan
keadaan dengan cerdas. Belajarlah dari semangkuk tumis daun pepaya yang
terhidang di meja makan kita. Sepahit apapun daun itu pada mulanya, tetapi
dengan pengolahan yang cerdas dan berilmu ternyata bisa kita ubah menjadi
sesuatu yang nikmat. Begitu juga dengan segala cobaan dalam hidup manusia,
kesakitan, kegagalan, keterpurukan ataupun kehilangan seharusnya tidak menjadi
hal yang menyakitkan selamanya. Kita bisa mengolahnya dengan muhasabah,
evaluasi, belajar dan berpikiran hal-hal yang positif. Tidak terlalu hanyut
dengan kegagalan yang ada, melainkan kita harus mau bertindak lebih gentle dan
lebih cerdas untuk keluar dari kepahitan hidup itu. Usaha yang lebih gigih
dengan diiringi doa yang tulus akan membantu kita untuk segera bangkit dan
mengubah kegagalan itu menjadi kesuksesan yang lebih cemerlang.
Nah sudahkah kita mengolah rasa itu dengan
cerdas? Salam Cerdas!!
tulisannya keren, tapi saya malah pengen tumis daun pepaya nih mbak....#ngences #gagal_fokus
ReplyDeleteWkwk...dah numis aja dulu mba ntar lanjut nulis...hehe
ReplyDeleteWkwk...dah numis aja dulu mba ntar lanjut nulis...hehe
ReplyDelete