Pernah atau malah sering nih bund, kita merasa maju mundur untuk menjual produk kita yang notebene mahal. Terutama untuk produk barang-barang handmade yang memang diperlukan sentuhan seni dan detil yang rumit. Atau produk-produk yang memang secara hitungan produksi sudah tinggi. Bisa karena kualitas bahan yang super, pengerjaan yang rapi, sampai tenaga ahli yang profesional. Jadi kalau dihitung secara biaya produksi sudah mahal karena memang berkualitas tinggi.
Produk-produk dalam kategori di atas merupakan beberapa contoh produk yang mengharuskan memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang kadang membuat jiwa para seller agak mengkeret. Mereka sudah takut kalah bersaing dengan seller lain yang mempunyai jenis produk yang sama tapi harga nyungsep.
Hal ini sebenarnya wajar saja menjadi hal yang menakutkan bagi para seller. Takut kalah bersaing, takut dijauhi buyer, takut tidak laku dan takut dinyinyirin buyer dengan ekspresi mata melotot, mulut melongo dan dahi mengkerut. Hehehe...
Sudah menjadi hukum alam kalau dalam jual beli berlaku prinsip ekonomi yang berbunyi " usaha untuk bisa mendapatkan hasil tertentu dengan pengorbanan yang sekecil mungkin". Ini berarti bahwa para buyer pada umumnya akan mencari harga terkecil untuk mendapatkan barang yang diinginkannya.
Lalu bagaimana menyikapi hal ini bagi para seller yang menjual produk yang dibilang mahal tadi?
Bunda super...jangan khawatir, ya...Setiap barang itu ada jodohnya masing-masing kok. Maksudnya setiap produk kita itu punya segmen pembelinya masing-masing. Kalau produk kita memang benar-benar mahal karena berkualitas tinggi maka yang harus dilakukan pertama kali adalah kita harus yakin dulu dengan produk kita. Kita harus yakin bahwa produk kita berkualitas tinggi dan layak mendapatkan harga jual yang tinggi pula.
Selanjutnya kita juga harus bisa meyakinkan buyer kita bahwa produk kita ini memang berbeda dengan yang lain. Berbeda kualitas, berbeda bahan dan berbeda pengerjaannya. Para buyer harus kita bangun kesadarannya akan kualitas produk kita. Salah satu caranya adalah dengan selalu mengedukasi buyer dengan menginfomasikan kepada mereka tentang seluk beluk produk kita. Mulai dari penggunaan bahan berkualitas tinggi, proses pengerjaan yang rumit dan profesional, sampai fungsi produk yang lebih nyaman, awet dan mempunyai nilai estetika yang tinggi.
Proses edukasi buyer ini bisa dilakukan dengan berbagi informasi tentang ilmu dasar pengenalan bahan baku, peliputan proses pembuatan dan tips penggunaan, pemakaian dan perwatannya. Dengan cara inilah diharapkan buyer mulai melek tentang kualitas produk kita.
Langkah selanjutnya adalah membidik target market yang sesuai.
Kalau kita merasa buyer kita selama ini banyak yang keberatan dengan harga produk yang mahal, maka kemungkinan besar target market kita salah sasaran. Ini bukan berarti kita menyepelekan buyer yang kurang mampu, tapi secara teoritis memang pasaran produk kita bukan dari kalangan mereka.
Untuk point ini kita bisa langsung membidik target market yang sesuai. Untuk produk-produk mahal, bidik para buyer yang mempunyai daya beli tinggi. Hal ini bisa dilihat dari jenis pekerjaannya, gaya hidup, status ekonomi, status sosial, minat atau hobi mereka sampai lokasi atau daerah tempat tinggal mereka. Kita bisa menentukan daerrah atau kota yang memiliki pendapatan perkapitanya tinggi.
Nah dari mana kita mengetahui informasi tentang status buyer kita?
Pastinya dari FB dong bund. Sekarangkan sudah ada fitur FB yang memudahkan kita untuk mengetahui seluk beluk seseorang, termasuk calon buyer incaran kita. Kita bisa intip mereka dari search engine nya FB. Lalu klarifikasikan dengan status-statusnya di FB. Meskipun masih bersifat umum dan belum pasti, paling tidak sudah bisa memberi data tentang para calon buyer tertarget kita. Jadi kita agak kepoin akun fb mereka ya bund, hehe...
Nah, jadi gak usah berkecil hati ya bund, kalau produk kita mahal dan susah mendapatkan pembeli. Kita bisa lakukan dua hal itu untuk medapatkan buyer yang sesuai dengan produk kita. Mengedukasi buyer dan menentukan target market yang sesuai.
So, mulailah mengedukasi buyer dan bidik target buyer yang sesuai dengan produk kita.
#SelamatMembidikPasar :D
No comments:
Post a Comment