Saturday, October 15, 2016

The Power of Kepepet


Entah kenapa ketika pas kita kepepet apa aja bisa kita lakukan. Semua usaha kita kerahkan dan ternyata hasilnya pun kadang memuaskan.

Inget dulu pada masa akhir kuliah, temen-temen dah pada lulus di tahun ke 4 dan ke 5, aku masih nyantai dan ambil cuti hampir 1 tahun karena punya baby (nikah sambil kuliah, gratis ojek setiap hari #ehh), akhirnya mau ga mau aku harus segera menyelesaikan skripsi yang terkatung-katung hampir setahun. Dengan segala usaha akhirnya selesai juga tuh skripsi walau harus konsultasi dari ujung selatan Jogja ke ujung utara Jogja (Bantul-Jombor) dan wisuda di tahun ke 6. Dan pengerjaan skripsinya ternyata cepet hanya 3-5 bulan full, jadi yang lama tuh nganggurnya, hehe...

Contoh lain ketika kita mau mulai usaha online shop. Ketika kebutuhan hidup mulai meningkat, sang istri yang tadinya hobi bermedsos ria untuk happy happy, mau ga mau pengen juga punya penghasilan dari FB. Mulailah beronline shop. Tapi orang yang beronline shop hanya sebagai sampingan biasanya ya nyantai-nyantai aja menjalaninya. Ada orderan hayuk , ga ada orderan juga tak mengapa. Beda dengan orang yang bener-bener pengen cari penghasilan dari FB, semua usaha dia lakukan. Cari-cari suplaier yang paling murah, agresif ngeadd target market, sampai banting banting harga segala (itu kalau belum kenal ilmu marketing yangg lurus dan benar :) ) yang penting barang laku dan dapat laba.

Tapi eh tapi, kadang di posisi yang kepepet itu, dengan segala usaha usaha nya tadi, dia sering jatuh bangun dalam usahanya. Lama- lama mulai belajar cari tau bagaiman agar online shopnya sukses. Dia akan mulai berselancar kesana kemari, baca ini baca itu, praktek teori A ganti teori B dll. Akhirnya secara otodidak dia belajar dan menemukan jati dirinya dalam ber online shop. Terus membaca, belajar dan mengasah ketrampilan dalam mensukseskan online shopnya itu. Lambat tapi pasti dia mulai menemukan passion nya dan dia mulai percaya diri dengan usahanya dan dengan lantang dia memantapkan pada dirinya sendiri dan mendeklarasikan diri sebagai ONLINE SHOP sejati...wehhh prok..prok..prok...
Pernah ga menjalani skenario seperti itu?
Ah ga usah dijawab, cukup kita dan Allah yang tau. Yang penting kita bisa memaknai hidup ini sebagai pejuangan, jatuh bangun, jatuh lagi dan bangun lagi itu biasa, bukan fokus pada jatuhnya tapi bagaimana usaha kita untuk bangun kembali dan memperbaiki kesalahan kita. Mencatat, bermuhasabah, dan bersabar dalam keistiqomahan menuju perubahan yang lebih baik.

Jadi istilah kepepet ini kadang memberi kita suatu perubahan, tergantung mepetnya kemana. Kalau pada kondisi kepepet itu kita mepetnya ke temen temen yang malah bikin sepet mata dan kuping berdengung dengung, ya alamat gigit jari. Tapi kalau pas kepepet kita mepetnya ke orang orang yang mencambuk kita dengan nasehat, teguran dan semangat membara, maka itulah kepepet yg membawa nikmat.

So teruslah membuat suatu kondisi kepepet pada diri kita agar kita terpacu untuk mencapai salah satu alasan kepepet kita. Misal kepepet melunasi rumah KPR biar segera bebas riba, kepepet shodaqoh 10 jt tiap bulan (jd inget kaosnya ya), kepepet berangkat haji tahun depan, kepepet qurban tiap tahun, kepepet nyekolahin anak anak setinggi tingginya, kepepet beli alph**d atau kepepet punya butik #TasRajut#SepatuRajut,#TheWarnaShoes,#HijabAlya dll..#ehhhh

Tapi selalu ingat ya, kalau memang sudah dapat posisi kepepet, yang pertama mepet dulu ke yang Maha kaya, lalu mepet ke orang orang kuat, mepet ke orang orang yang penuh semangat dan juga mepet ke suami atau pasangan kita, biar diridhoi dan tenang. Hehe...

Jadikan kekuatan kepepet kita untuk menjadikan kita berubah menjadi lebih baik, lebih produktif dan lebih bermanfaat. Usaha maksimal dan profesional, iringi dengan doa yang ikhlas dalam sujud sujud sunyi dan biarlah Allah yang mengatur segalanya.
Selamat menunaikan the power of kepepet dan rasakan sensasinya setiap saat.


:D

No comments:

Post a Comment