Thursday, October 27, 2016

Mencuci Piring VS Menulis


Siang-siang gini enaknya kita ngobrol tentang urusan rumah tangga bab cuci piring ya. Bab yang kadang bikin esmosi jiwa kalau sampai cucian piring kita menumpuk dan seakan-kan melambai-lambai minta untuk disentuh, diusap dan dikopyak-kopyak ( opo boso Indonesiane yo?). Tapi ternyata dari kegiatan itu kita bisa ambil ibrohnya lo.
Hemm paling pada jawab ibrohnya:  kita dapet aroma terapi dari sabun cuci piring yang segar, atau kita dapat ladang pahala karena sambil mengusap-usap kotoran di piring kita jadi ingat dosa-dosa kita yang juga harus sering dibersihkan dengan banyak istighfar..iya kan??

Tapi bukan itu tuh yang pengen aku tulis disini, hehehe….

Begini, bu ibu biasanya kan kalau kita abis masak masakan yang berat, yang kadang meninggalkan kerak atau tumpukan lemak dan minyak di wajan atau panci, kita kesulitan ya untuk bersihinnya. Nah sebagai ibu yang cerdas, baik hati, rajin menabung, tidak sombong dan cantik #ehh, kita punya solusinya yaitu merendam wajan atau panci iu terlebih dahulu. Ya terserah sih ada yang bilang direndamnya pakai air panas atau air dingin itu mah selera kita aja. Nah dalam proses perendaman itu, kotoran yang susah dan mengerak itu lama-kelamaan akan mulai terkikis atau melunak, jadi beberapa menit kemudian baru kita eksekusi, dicuci seperti peralatan yang lain.

Nah begitu pula dengan amarah, rasa kecewa, sedih, dan sebangsa rasa yang bikin kita mewek dan merasa paling merana sedunia ini, sebelum kita ekpresikan atau kita luapkan pada sosok terdakwa yang telah membuat hati kita tersayat-sayat bagai sembilu #eaaLebay, sebaiknya emosi negative itu kita endapkan terlebih dahulu. Cari bilik-bilk perenungan yang nyaman, sunyi dan bikin kita tenang (pojok kamar mandi mungkin..hehe). kita releks sebentar.  Kita endapkan dalam-dalam rasa itu dengan diam dan bermuhasabah. Kita runtut peristiwa demi peristiwa yang menyebabkan kesedihan dan kekecewaan itu. Berdamailah dengan diri sendiri dan berdamailah dengan keadaan. Setelah kita agak tenang, barulah kita mulai membersihkan hati ini dengan istighfar, dan kenikmatan yang ada, yang lebih banyak dari kesedihan yang kita rasakan itu. Kalua diasosiasikan dengan mencuci piring, biarlah aroma sabun cuci piring itu ikut membersihkan dan memberi harum si piring-piring kotor itu. Segar kan? Jadi kuncinya endapkan, endapkan dan endapkan rasa itu, baru kalau sudah tenang, rileks kita mulai bersihkan kotoran–kotoran itu dengan wewangian yang berupa kenikmatan yang dberikan olehNya. Dan setelah itu segera menyeburkan diri dalam jernihnya air kesabaran dan keikhlasan. Beberapa saat kemudian hati kita jadi bersih lagi dan siap dipakai oleh sang empunya sebagai wadah yang sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan makan minumnya.

Lho trus apa yang harus diversuskan dengan menulis? Gak nyambung deh..

Nah begini cerita selanjtnya, hem..hem…

Kebalikan dari mencuci piring, dimana kita harus merendam dulu, lalu kita endapkan dulu emosi jiwa yang sedang dalam amarah, maka menulis itu kebalikannya. Ketika kita mempunyai ide, gagasan atau tema yang bagus untuk diungkapkan secara  tertulis ini, janganlah kau endapkan seperti cucian piring tadi, tapi segeralah kau tulis ide-ide  atau gagasan-gagasan itu sebelum semuanya menguap Karena lupa alias tak ingat bin forget itu akan menyapu halus semua ide-ide cemerlang kita. Ide-ide menulis yang sering berloncatan di otak kita itu adalah asset yang sangat berharga bagi kita. Menulis yang merupakan kegiatan sebagai pengingat diri, pemotovasi diri dan pengembangan diri itu sangat butuh ide-ide yang harus segara diactionkan. Kadang kita pernah mengalaminya juga kan. Tadi sebenarnya kita mau nulis apa ya? Aih padahal tadi tuh aku mau nulis sesuatu yang cetar mebahana deh, tapi apa ya? Nah amnesia dadakan inilah yang menjadi penyakit bagi kita. Satu peluang menulis akhirnya terlewatkan begitu saja hanya gara-gara menguapnya ide dan gagsan itu.

Jadi solusinya adalah, siapkan buku special yang bisa kamu bawa kemana-mana, atau kalau sekarang mah sudah canggih pisan. Cukup download aplikasi Note di hp kita, dan siap-siap kita bisa menulis semua ide dan gagasan atau tema yang berloncatan di kepala kita. Segerakan, segerakan dan segerakan….itu kuncinya

So sudah dapetkan hubungannya antara mencuci piring dan menulis itu. Yang penting action kan secuil ibroh dari kisah ini segera. Jamgan sampai terbalik ya dalam mengactionkannya. Jadikan menulis itu kegiatan yang menyenangkan dan siapa tahu menghasilkan (wow bisa banget deh kayanya). Dan jadikan juga mencuci pitring itu kegiatan yang bisa meluruhkan dosa-dosa kita dengan keikhlasan da kesabaran yang harus kita jaga.

Semangat ber-apa saja ya teman,. Sukses selalu untu kita hari ini dan hari besok

#YeyenR


7 comments:

  1. Kompakan nih, saya juga lagi bahas acara bebersih rumah tentunya dengan amunisi perang dapurdan rumah yg serba komplit

    Slm kenal IG n twitter @cputriarty

    ReplyDelete
    Replies
    1. maaf baru balas bund...hehe, iya lah bund, kita mah pan emak-emak, jadi ga jauh-jauh deh ama urusan kaya gini. semangat buat kita ya bund..

      Delete
  2. kalau lagi emosi terus nyuci piring, hati-hati remuk semua. hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha..ga lah om, kan sudah dijelaskan di tulisan itu, kl emosi mah diendapkan dulu, baru ntar meledak..hehe. gak lah...diusahakan sabar..sabar..terima kasih sudah mampir

      Delete
  3. 1. Paragrafnya menurut saya cukup panjang. Ga enak dibaca mrnurut saya.

    2. Buat nyaman pembaca dong kakk.

    3. Postingannya isinya bagus. Saya suka.masih pula ditemukan typo typo mungkin ditulis lewat hape ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
    2. siap...terima kasih masukannya pak. next time saya perbaiki lagi. kalau typo, duuhh...ini memang perlu ketenangan yg luar biasa, maklum sambil ini itu pak. terima kasih sudah mampir..

      Delete