Monday, November 28, 2016

Aku Bangga Menjadi Ibu



Sejak tahun 2001 aku resmi menjadi ibu.  Mengawali moment-moment terindah saat itu dengan bayi mungil yang cantik. Karena sudah menjadi pilihan hidupku, aku memutuskan untuk menikah di usia yang masih muda selain itu aku juga masih kuliah di semester 4 di Universitas Negeri di Yogyakarta, begitu juga suamiku yang masih kuliah di UGM. Menjadi ibu di usia yang tergolong muda bagiku suatu tantangan dan pembelajaran hidup yang luar biasa. Apalagi di tahun itu media sosial belum seramai sekarang, yang artinya untuk mencari ilmu tentang parenting, pendidikan anak atau pernak pernik keluarga masih sangat terbatas, kecuali dengan membaca buku atau majalah.

Seiring beranjaknya waktu, kini sudah hampir 16 tahun aku menjadi ibu dengan diamanahi 4 orang anak yang super-super. Amanah yang sangat berat di zaman yang serba berat juga. Ada rasa khawatir, takut dan was was di hati ini ketika mendengar banyak berita negatif tentang kerusakan moral anak-anak sekarang. Pengaruh globalisasi yang tak bisa dibendung terus merasuki setiap lini kehidupan kita, terutama anak-anak yang masih rentan. Berita-berita negatif itu kadang membuat kita semakin ingin memeluk erat anak-anak, ingin menutup telingan dan mata mereka dengan semua keadaan yang ada. Tapi kita harus sadar itu tidak mungkin. Perubahan zaman ini tidak akan pernah bisa kita bendung.

Berbekal komitmen dengan suami bahwa dasar kami dalam mendidik anak-anak adalah pada penguatan sisi agama dan akhlak mereka, maka aku menjadi center utama bagi anak-anakku. Ketika aku menyuruh anakku mandi, maka aku haruslah yang sudah mandi duluan, ketika aku menyuruh anak-anakku sholat maka aku harus sudah sholat duluan, dan ketika aku menyuruh mereka untuk tidak berteriak-teriak maka aku jugalah yang harus lebih dulu berbicara pelan dan santun. Susah dan berat memang. Di satu sisi kita sebagai ibu adalah seorang manusia biasa juga yang kadang malas, tidak disiplin dan temperamen. Suatu hal yang berat untuk terus mengubah diri menjadi sosok yang sempurna di mata anak-anak. Tapi di sisi lain perbaikan diri ini mau gak mau harus dilakukan karena kitalah contoh terdekat bagi anak-anak. Huffff..

Menjadi ibu itu seperti memaksakan diri menjadi sosok malaikat yang tanpa salah di mata anak-anak. Sosok yang diinginkan anak-anak, lemah lembut, serba bisa dan selalu ada di samping mereka setiap saat. Tuntutan inilah yang sebenarnya menempa kita menjadi manusia yang lebih baik dari hari ke hari. Menjadi panutan, pedoman dan sekaligus kebanggaan anak-anak. Berat memang, dan inilah yang aku rasakan sampai detik ini. Aku harus terus memperbaiki diri menjadi ibu yang berkwalitas sehingga berhasil dalam mendidik anak-anak secara lahir maupun batin. Belajar dan terus belajar tiada henti. Membuka wawasan, pengetahuan dan saling berbagi pengalaman adalah cara yang bisa kita lakukan agar bisa menjadi ibu yang  percaya diri dan siap mendidik anak-anak dengan baik. Bekal sarjana saja tidak cukup tetapi harus dibarengi dengan bekal semua ilmu tentang hidup dan kehidupan. Dan ilmu saja tidak cukup tapi harus mau dan siap menjadi pedoman berjalan bagi anak-anak.

Selain harus terus menjadi pribadi yang lebih baik, di satu sisi, menjadi ibu itu suatu kebanggan yang luar biasa. Seorang ibu akan merasa bangga ketika anak-anaknya tumbuh dengan sehat , cerdas, berakhlak mulia, berprestasi, mandiri dan bertanggung jawab. Tetapi semua itu tidak bisa terwujud secara instan, harus melalui proses yang penuh dengan peluh, keringat, dan air mata. Mendidik anak-anak sesuai dengan karakternya masing masing memerlukan perbedaan treatment yang harus kita kuasai. Anak satu dengan yang lainnya memerlukan perlakuan yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan masing-masing. 

Nah disinilah peran ibu sangat penting. Seketika itu pula ibu harus bisa menjadi psikolog handal yang mampu menangani semua karakter anak-anaknya. Di saat yang lain seorang ibu harus bisa menjadi seorang chef yang cerdas. Anak-anak yang mempunyai selera makan yang berbeda harus mau diajak kerjasama agar mau makan menu kesukaan saudaranya yang lain, dan begitu juga sebaliknya. Dan jika malam tiba, seorang ibu akan berubah menjadi seorang guru yang siap membantu anak-anaknya belajar. Bersyukur si sulung yang SMA bisa dipegang bapaknya, karena memang ibunya sudah tidak menguasai materi pelajaran  SMA. Tinggal si kakak kedua dan ketiga yang masih SD, bisalah dipegang ibunya, walau sambil bermain dengan adiknya yang balita. Semua peran itu harus bisa dikerjakan oleh seorang ibu. Dan ketika semuanya bisa diatasi dengan baik, legalah hati sang ibu.

Akhirnya kita semakin sadar bahwa untuk menjadi seorang ibu itu membutuhkan perjuangan yang luar biasa. Namun perjuangan itu akan terbayar dengan kebahagian tatkala sang ibu melihat anak-anaknya menjadi anak-anak yang santun, sholeh sholehah, bertanggung jawab dan berprestasi. Ah tak usah muluk-muluk, ketika mereka menjadi anak yang penurut dan berakhlak baik itu saja sudah cukup. Prestasi akademik dan bakat lainnya pasti akan menyusul seiring dengan attitude mereka yang semakin dewasa dan bertangung jawab.

Dan kita harus mengakui bahwa bahagianya seoarng ibu itu ketika semua itu terwujud. Seribu satu macam profesi telah dia jalani demi anak-anak dan keluarganya. Menjadi guru, dokter, psikolog, koki, dan lainnya, semua itu demi anak-anak dan keluarganya yang dia lakukan dengan penuh kasih sayang dan ketulusan. Biarlah bersusah payah sekarang, menikmati kerempongan setiap pagi, menikmati rengekan manja , dan menikmati rumah yang jarang rapi setiap hari.  Kelak ada masanya ketika rumah sudah terasa sepi tanpa kehadiran mereka yang sudah beranjak dewasa dan bergelut dengan dunianya masing-masing. Semoga kita sebagai ibu selalu diberi kekuatan untuk bisa mendidik mereka dengan sabar, memberikan yang terbaik bagi mereka secara lahir maupun batin. Yap, menjadi ibu adalah bahagia yang luar biasa. Rasakan dan nikmati saja.

#bitread
#emakpintar


No comments:

Post a Comment